Lo pernah nggak, lagi nongkrong di bar atau fine dining resto, terus ditanya, “Mau wine yang mana?” dan lo cuma bisa jawab, “Yang merah aja deh.”
Yup, banyak orang masih mikir wine itu cuma dibedakan dari warnanya doang. Padahal aslinya, ada banyak jenis wine dengan karakter yang beda-beda dari cara bikin, rasa sampai gimana wine itu harus disajikan.
Artikel ini bukan buat ngajarin lo jadi sommelier dadakan, tapi biar lo tahu aja bedanya red wine sama white wine tuh nggak sekadar soal warna. Dan siapa tahu, abis ini lo bisa keliatan lebih “ngerti” pas lagi pesen wine bareng temen-temen.
Red Wine

Wine ini sering jadi simbol “kematangan” atau kesan classy dalam banyak film dan dinner scene. Warna merahnya berasal dari kulit anggur yang difermentasi bareng daging buahnya makanya warnanya pekat.
Rasa red wine biasanya bold, kadang ada sensasi pahit sepat, kadang juga fruity tergantung jenisnya.
Kalau lo suka yang strong dan nendang di lidah, coba red wine terbaik Cabernet Sauvignon. Tapi kalau pengen yang lebih smooth, Merlot bisa jadi pilihan aman. Pinot Noir? Itu lebih ringan, cocok buat yang baru mulai ngulik wine.
Red wine cocoknya diminum pas makan daging merah, cheese platter, atau sekadar chill malem-malem sambil ngobrol panjang.
| Varian Populer | Karakteristik |
|---|---|
| Cabernet Sauvignon | tegas dan bold, cocok buat steak |
| Merlot | lebih smooth, enak buat pemula |
| Pinot Noir | ringan dan elegan, enak buat cuaca tropis kayak Jakarta |
Cocok buat: dinner romantis, daging panggang, ngobrol berat bareng teman lama.
White Wine

Jangan tertipu sama namanya white wine nggak benar-benar putih. Warnanya bisa bening keemasan, bahkan kekuningan.
Biasanya dibuat dari anggur putih (kadang juga anggur merah yang bagian kulitnya dibuang), jadinya lebih ringan dan asam.
White wine itu tipe minuman yang enak banget diminum dingin, pas cuaca panas Jakarta lagi nyebelin-nyebelinnya. Chardonnay, misalnya, punya karakter buttery yang agak creamy. Sementara itu Sauvignon Blanc lebih crisp dan segar. Kalau lo suka wine manis, Riesling bisa jadi opsi yang menarik.
Biasanya sih, white wine jadi jodoh buat makanan laut atau salad. Tapi kalau lagi nongkrong sore dan pengen minum yang nggak berat-berat amat, ini juga cocok banget.
| Varian Populer | Karakteristik |
|---|---|
| Chardonnay | creamy dan kompleks |
| Sauvignon Blanc | segar dan herbal |
| Riesling | sedikit manis dan cocok buat yang baru mulai minum wine |
Cocok buat: brunch, seafood, ngobrol santai di rooftop bar.
Baca juga: Cocktail vs Mocktail: Bedanya Apa Aja Sih? Biar Ga Salah Pesen di Bar!
Rosé Wine

Lo mungkin sering liat wine berwarna pink yang estetik banget di Instagram. Yup, itu rosé. Wine ini kayak mix antara red dan white—baik dari segi warna, rasa, dan cara nikmatinnya. Dibuat dari anggur merah yang fermentasinya sebentar doang sama kulit buahnya, makanya warnanya pink lembut.
Rosé ini favoritnya anak nongkrong yang pengen minum sesuatu yang “fun tapi tetap berkelas”. Rasanya cenderung fruity, nggak terlalu strong, dan sering dijadikan pilihan buat brunch, party outdoor, atau sekadar ngonten aesthetic.
| Cocok buat | Hangout sore hari, picnic date casual. |
| Vibes-nya | Girly, playful, cocok banget buat konten OOTD wine bar di Instagram. |
| Varian populer | Grenache Rosé, Syrah Rosé, Pinot Noir Rosé |
Still Wine

Masuk ke kategori berdasarkan proses, still wine itu yang nggak ada bubbles-nya. Alias bukan sparkling.
Ini yang paling umum kita temuin red, white, dan rosé semuanya bisa masuk kategori ini. Jadi bukan berarti ada varian khusus yang namanya “still”, tapi lebih ke cara pembuatannya yang tanpa karbonasi.
Minumnya pelan-pelan, nikmatin tiap aroma dan rasa. Biasanya disajikan di banyak event formal, dinner pairing, atau sekadar pengisi waktu saat lo pengen ngobrol lebih dalam tanpa gangguan “sparkling” di lidah.
| Cocok buat | makan malam, ngobrol heart-to-heart, atau nulis diary di balkon |
| Varian | hampir semua red/white/rosé populer itu masuk kategori still wine. |
Sparkling Wine

Nah ini baru yang berbuih. Lo pasti udah familiar sama Champagne, kan? Itu sparkling wine yang cuma boleh disebut “Champagne” kalau asalnya dari Champagne, Prancis. Di luar itu, kita sebut aja sparkling wine.
Sparkling wine itu hidup, rame, dan identik sama selebrasi. Dari ulang tahun, new year’s eve, sampai toast bareng bestie bisa semua.
Pilihannya juga banyak: Prosecco dari Italia yang lebih ringan dan fruity, Cava dari Spanyol yang lebih kering, atau Sparkling Rosé buat opsi pinky yang playful.
| Varian Populer | Karakteristik |
|---|---|
| Champagne | khusus dari Champagne, Prancis |
| Prosecco | versi Italia, lebih ringan dan fruity |
| Cava | versi Spanyol, lebih kering dan earthy) |
Baca juga: Kadar Alkohol Soju Berapa Persen? Yuk, Kenalan Sama Soju Biar Makin Paham!
Dessert Wine

Kalau ini biasanya muncul di akhir sesi makan. Rasanya manis, cocok banget jadi teman dessert atau bahkan dessert itu sendiri. Anggurnya dipanen telat biar kadar gulanya tinggi, dan kadang ditambahin alkohol lagi buat bikin rasanya makin kompleks.
Port wine atau Moscato masuk kategori ini. Cocok banget buat lo yang nggak terlalu suka minuman pahit, tapi pengen tetap tampil sophisticated.
Varian populer Dessert Wine:
- Port wine
- Sauternes
- Moscato
Cocok buat: after dinner, teman kue atau buah
Jadi, Wine Favorit Lo yang Mana?
Wine bukan cuma minuman, tapi juga pengalaman—mulai dari aroma, rasa, sampai cara lo nikmatin dan momen siapa yang nemenin. Gak harus jadi wine expert buat bisa nikmatin yang enak. Cukup tahu jenis-jenis dasarnya, dan lo udah jauh lebih “niat” daripada kebanyakan orang.
Kalau lo pengen nyobain sendiri semua jenis wine di atas, banyak kok tempat di Jakarta yang bisa lo sambangi. Butuh rekomendasi tempatnya sekalian? Bisa banget gue buatin listnya. Mau?

